Washington DC -
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menegaskan Iran tidak akan diperbolehkan melakukan pengayaan uranium dalam kesepakatan nuklir antara kedua negara. Teheran pun bersikeras membela aktivitas yang disebutnya sebagai upaya "damai" untuk memperoleh bahan bakar pembangkit listrik tersebut.
Pengayaan uranium menjadi pembahasan utama dalam lima putaran perundingan antara Washington dan Teheran yang digelar bertahap sejak April lalu, yang bertujuan mencapai kesepakatan baru guna menggantikan kesepakatan sebelumnya yang ditinggalkan Trump pada masa jabatan pertamanya tahun 2018 lalu.
"Berdasarkan perjanjian potensial kita -- KITA TIDAK AKAN MENGIZINKAN PENGAYAAN URANIUM APA PUN!" tegas Trump dalam pernyataan terbaru via media sosial Truth Social, seperti dilansir AFP, Selasa (3/6/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penegasan Trump itu disampaikan setelah media Axios melaporkan tawaran AS akan memungkinkan Iran memperkaya sebagian bahan bakar nuklirnya.
Trump juga menyalahkan pendahulunya, mantan Presiden Joe Biden, atas kebuntuan yang terjadi, dengan mengatakan bahwa Partai Demokrat yang menaungi Biden "seharusnya sudah sejak lama menghentikan Iran dari 'pengayaan'".
Axios juga melaporkan bahwa tawaran terbaru Washington yang dikirimkan ke Teheran pada Sabtu (31/5) akan mengizinkan pengayaan uranium level rendah di wilayah Iran, untuk jangka waktu yang belum ditentukan.
Sementara itu, Iran bersikeras menyatakan pihaknya "tidak menyembunyikan apa pun" mengenai program nuklirnya. Hal ini disampaikan setelah Badan Energi Atom Internasional (IAEA), badan pengawas nuklir Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), meminta Teheran untuk lebih transparan.
"Iran memiliki program nuklir yang damai... Kami siap memberikan jaminan ini kepada pihak atau entitas mana pun. Kami tidak menyembunyikan apa pun dalam hal ini," ucap Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, dalam konferensi pers di Kairo, Mesir, di mana dia bertemu kepala IAEA Rafael Grossi.
Simak berita selengkapnya di halaman berikutnya.
Ditegaskan oleh Aragchi dalam pernyataannya bahwa tidak akan ada kesepakatan nuklir jika tujuannya adalah "menghentikan Iran dari aktivitas nuklir damai" -- yang merujuk pada aktivitas pengayaan uranium.
"Jika tujuan negosiasi adalah untuk mendapatkan kepastian dan kepercayaan bahwa Iran tidak mengupayakan senjata nuklir, maka menurut pandangan saya, mencapai kesepakatan adalah hal yang mungkin terjadi," ucapnya.
"Namun jika tujuannya adalah untuk menghentikan Iran dari aktivitas damainya, maka tentu saja tidak akan ada kesepakatan yang tercapai," tegas Araghchi.
Pembahasan soal pengayaan uranium tampaknya membuat perundingan antara AS dan Iran berlarut-larut. Washington terus bersikeras bahwa pemerintahan Trump akan menentang segala bentuk pengayaan oleh Teheran.
Namun Iran telah menegaskan akan terus melakukan pengayaan uranium "dengan atau tanpa kesepakatan" dengan AS soal program nuklirnya.
Simak juga Video 'AS-China Memanas Lagi, Trump Tuduh Tiongkok Langgar Perjanjian':
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini