Cerita Wartawan Disekap Tentara Israel di Suriah

17 hours ago 5

Jakarta -

Pada pagi hari tanggal 9 Mei 2025, saya menjadi bagian dari tim BBC Arabic yang berangkat dari ibu kota Suriah, Damaskus, menuju Deraa.

Dari provinsi di selatan Suriah itu, kami berencana untuk pergi ke wilayah perbatasan Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel.

Kami ingin mendekati wilayah Suriah yang telah direbut oleh militer Israel, sejak Desember 2025 tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Akhir tahun lalu, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyebut negaranya akan mengambil alih kendali zona penyangga demiliterisasi dan wilayah di sekitar Dataran Tinggi Golan, usai rezim Bashar al-Assad tumbang.

Rombongan liputan kami terdiri dari tujuh orang: saya sendiri (warga negara Inggris) dan dua staf BBC berkewarganegaraan Irak. Empat lainnya berpaspor Suriah, yakni seorang juru kamera BBC dan tiga pekerja lepas.

Kami sedang merekam video di dekat salah satu pos pengamatan Pasukan Pengamat Pelepasan PBB (UNDOF), dekat kota al-Rafeed, ketika seorang pejabat PBB memberi tahu kami bahwa pihak Israel telah menanyakan identitas kami.

Pejabat PBB itu bilang, pasukan Israel itu telah diberi tahu bahwa kami adalah jurnalis BBC.

Kami kemudian berkendara ke utara menuju Quneitra. Kota ini telah berada di dalam zona penyangga sejak perjanjian tahun 1974 antara Suriah dan Israel.

Sebagai konteks, Israel merebut Golan selama perang Timur Tengah tahun 1967.

Sekitar 200 meter dari kota itu, sebuah pos pemeriksaan yang tidak dijaga menutup akses jalan. Di sisi pos pemeriksaan kami melihat tank-tank Merkava, salah satunya mengibarkan bendera Israel.

Dari menara di dekat pos ini, dua tentara Israel mengawasi kami, satu di antaranya melalui teropong. Kolega saya menunjukkan kartu identitas BBC agar tentara itu dapat melihatnya.

BBC telah mengajukan protes kepada militer Israel tentang apa yang terjadi selanjutnya kepada tim saya. Namun Israel belum memberi tanggapan.

File photo showing Israeli tanks and a military bulldozer driving through the Abu Diab military post, on the southern outskirts of the Syrian city of Quneitra (19 March 2025)Israel mengirim pasukan ke zona penyangga demiliterisasi yang diawasi PBB di Dataran Tinggi Golan sejak Desember 2024. (AFP)

Satu menit setelah kami mulai merekam di sekitar pos pemeriksaan tersebut, sebuah mobil putih mendekat dari sisi lain pos.

Empat tentara Israel keluar dari mobil itu, lalu mengepung kami.

Mereka mengarahkan senapan ke kepala kami. Mereka juga memerintahkan kami untuk meletakkan kamera di sisi jalan.

Saya mencoba menjelaskan bahwa kami adalah jurnalis BBC, tapi tiba-tiba keadaan bereskalasi dengan cepat.

Saya sempat mengirim pesan kepada rekan-rekan di kantor pusat BBC di London. Saya mengabarkan bahwa kami telah dihentikan oleh militer Israel.

Setelahnya, pasukan Israel itu menyita ponsel dan semua peralatan kami. Lebih banyak tentara Israel kemudian datang dengan kendaraan militer Humvee.

Saat itu mobil kami telah digeledah secara menyeluruh.

Para tentara itu mengawal kami melalui gerbang pemeriksaan, lalu beranjak menuju kota Quneitra. Kami berhenti di titik persimpangan yang memisahkan Quneitra dari Golan yang diduduki Israel.

Di sana, para tentara mulai meninjau rekaman saat kami duduk di mobil. Pada saat itu, seorang tentara mengarahkan senapannya ke kepala saya dari jarak beberapa meter.

Setelah lebih dari dua jam, salah satu tentara meminta saya untuk keluar dari mobil dan berbicara di telepon genggam.

Saya tidak tahu siapa orang di ujung telepon itu. Dia berbicara bahasa Arab yang tidak lancar. Dia bertanya mengapa kami merekam posisi militer Israel.

Saya mengatakan kepadanya bahwa saya adalah wartawan BBC berkewarganegaraan Inggris. Saya menjelaskan kepadanya tentang apa yang kami kerjakan di daerah itu.

bbcBBC

BBC News Indonesia hadir di WhatsApp.

Jadilah yang pertama mendapatkan berita, investigasi dan liputan mendalam dari BBC News Indonesia, langsung di WhatsApp Anda.

BBCBBC

Saya lalu kembali ke mobil saya dan senapan itu kembali diarahkan ke kepala saya.

Setelah menunggu satu jam lagi, satu kendaraan lainnya tiba. Sekelompok tentara keluar dari mobil sambil membawa penutup mata dan tali pengikat plastik. Mereka meminta saya untuk keluar terlebih dahulu.

Pimpinan kelompok tentara itu, yang berbicara dengan fasih dalam dialek Arab Palestina, menuntun saya ke salah satu ruangan di titik penyeberangan yang sebelumnya digunakan oleh tentara Suriah.

Lantai ruangan itu dipenuhi pecahan kaca dan sampah. Dia berkata kepada saya bahwa mereka akan memperlakukan saya secara berbeda. Artinya, saya tidak akan diborgol dan mata saya tidak akan ditutup. Perlakuan sebaliknya dialami seluruh anggota tim saya yang lain.

Saya terkejut. Saya bertanya mengapa mereka melakukan ini ketika mereka tahu kami adalah jurnalis BBC.

Dia berkata bahwa dia ingin membantu kami keluar dengan cepat dan bahwa kami harus mematuhi instruksi mereka.

A piece of striped fabric which a BBC crew member says Israeli forces used to blindfold him during his detention in southern SyriaBBCSeorang anggota tim BBC memotret sepotong kain yang digunakan untuk menutup matanya.

Beberapa saat kemudian, tentara yang lain masuk dan menyuruh saya melepas semua pakaian saya, kecuali celana dalam.

Awalnya saya menolak, tapi mereka bersikeras dan mengancam saya. Tak punya pilihan lain, saya menurutinya.

Tentara itu bahkan memeriksa bagian dalam celana dalam saya, baik bagian depan maupun belakang. Dia menggeledah pakaian saya, lalu menyuruh saya mengenakannya kembali dan mulai menginterogasi saya.

Sejumlah pertanyaan yang mereka ajukan berkaitan dengan kehidupan pribadi saya: tentang anak-anak saya dan usia mereka.

Ketika mereka akhirnya membiarkan saya keluar dari ruangan, saya menyaksikan pemandangan mengerikan dari anggota tim saya: mereka diikat dan mata mereka ditutup.

Saya memohon kepada para tentara itu untuk melepaskan mereka. Salah satu tentara berjanji akan melakukannya setelah interogasi usai.

Kolega saya dibawa satu per satu ke ruangan yang sama untuk ditelanjangi dan diinterogasi.

Mereka kembali dengan tangan masih terikat tetapi mata mereka tidak lagi ditutup. Interogasi berlangsung lebih dari dua jam. Semua ponsel dan laptop kami diperiksa. Banyak foto, termasuk yang berkaitan dengan kehidupan pribadi kami, dihapus.

Tentara itu mengancam kami dengan konsekuensi yang lebih buruk jika kami mendekati perbatasan dari sisi Suriah lagi. Dia berkata, tentara Israel tahu segalanya tentang kami dan akan melacak kami, jika kami menyembunyikan foto atau mempublikasikan foto yang belum mereka hapus.

Sekitar tujuh jam setelah penahanan kami, saat itu sekitar pukul 21:00, kami dibawa dengan penjagaan dua kendaraan, satu di depan mobil kami dan yang lainnya di belakang kami, ke daerah pedesaan sekitar dua kilometer di luar Quneitra.

Di sana, kendaraan berhenti dan tas berisi ponsel kami dilemparkan ke arah kami sebelum kendaraan itu pergi.

Tersesat dalam kegelapan tanpa sinyal, tanpa internet, dan tidak tahu di mana kami berada, kami terus mengemudi hingga kami mencapai sebuah desa kecil.

Sekelompok anak mengarahkan kami ke jalan raya. Mereka memperingatkan jika kami salah jalan, kami bakal menghadapi tembakan tentara Israel.

Setelah sepuluh menit yang menegangkan, kami akhirnya menemukan jalan raya. Empat puluh lima menit setelah itu, kami tiba di Damaskus.

(ita/ita)

Loading...

Hoegeng Awards 2025

Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial