Survei: Banyak Anak Muda Sudah Muak dengan Internet

2 weeks ago 20

Jakarta -

Akun Offline Club memiliki hampir 530.000 pengikut di Instagram. Hal ini tampak ironis, karena sejatinya Offline Club adalah tentang istirahat dengan sengaja dari media sosial, termasuk Instagram. Menjalankan akun ini terasa aneh, kata ketiga pendirinya, Jordy, Ilya dan Valentijn. Ketiga pemuda asal Belanda ini ingin menggunakan Offline Club untuk "membawa kemanusiaan kembali ke dalam masyarakat yang telah terisolasi dan terpaku pada layar", seperti yang mereka tulis dalam bahasa Inggris.

Sejak sekitar satu tahun mereka telah menyelenggarakan pertemuan dengan orang-orang yang memiliki keinginan yang serupa, meninggalkan ponsel pintar dan laptop mereka. "Siap untuk meninggalkan ponsel kamu?" demikian bunyi salah satu postingan reel yang disematkan. Tampaknya semakin banyak orang yang bersedia untuk mematikan ponsel mereka - setidaknya untuk jadi bagian dari Klub Offline. Biasanya mereka bisa mematikan ponsel untuk beberapa jam, bahkan untuk beberapa hari. Daripada menatap ponsel terus menerus, orang-orang memilih untuk membaca, bermain gim, membuat kerajinan tangan, atau bersantai. Seperti dahulu kala, ketika belum ada ponsel pintar, begitulah iklan Klub Offline ini.

Konsep dari Belanda ini telah menyebar ke seluruh dunia dalam waktu satu tahun. Amsterdam adalah lokasi pertama Offline Club. Kemudian disusul London, Paris, Milan dan Kopenhagen. Pertemuan 'offline' semacam ini juga digelar di Jerman. Konsepnya serupa, pertemuan dilakukan di restoran atau klub dan para tamu diminta untuk meninggalkan ponsel mereka di rumah

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selalu online - suka atau tidak suka

Para pendiri 'Klub Offline' nampaknya sudah mulai muak dengan kebiasaan 'online'. Khususnya kaum muda yang seringkali merasa sulit mematikan ponsel mereka- meski sudah ada pengaturan yang membatasi waktu penggunaan ponsel. Bahkan dirilisnya kembali ponsel lipat 'jadul' tanpa aplikasi, yang dikenal yang dijuluki ''boring phone'', belum mampu menggeser keberadaan ponsel pintar.

Menurut angka dari asosiasi industri Jerman, bitkom, pada akhir tahun 2024, anak muda berusia 16 hingga 29 tahun menghabiskan lebih dari tiga jam sehari dengan ponsel pintar mereka. Ini berarti mereka memiliki waktu penggunaan tertinggi dari semua kelompok umur lainnya. Dan durasinya mungkin lebih lama lagi.

Studi: Hampir separuh anak muda menginginkan dunia tanpa internet

Banyak anak muda ingin menghabiskan lebih sedikit waktu dengan ponsel mereka. Menurut sebuah survei baru yang dilakukan oleh British Standards Institution (BSI), hampir 70 persen anak berusia 16 hingga 21 tahun merasa lebih buruk setelah menghabiskan waktu untuk bermedia sosial. Oleh karenanya, separuh responden tersebut menerapkan "jam malam digital" yang membatasi akses ke aplikasi dan situs web tertentu setelah pukul 10 malam. 46 persen responden bahkan menyatakan bahwa mereka lebih suka menjadi anak muda di dunia tanpa internet.

Sebanyak 1293 anak muda disurvei untuk penelitian ini. Hasilnya senada dengan survei lain yang dilakukan oleh lembaga jajak pendapat Amerika, Harris Polls, pada akhir tahun 2024, di mana banyak anak muda berharap Tiktok, Instagram, atau X tidak pernah diciptakan.

Apa peran politik?

Survei ini mungkin bisa menguntungkan beberapa politisi, meskipun upaya mereka dinilai masih ragu-ragu dalam merespon tuntutan kaum muda. Menurut surat kabar Inggris "Guardian" pada hari Selasa (20/05), Menteri Teknologi Inggris Peter Kyle sedang mempertimbangkan pemberlakuan jam malam digital wajib. Sedang Norwegia ingin menaikkan batas usia pengguna media sosial dari yang 13 menjadi 15 tahun.

Australia menjadi pelopor global setelah menaikkan batas usia pengguna sosial media menjadi 16 tahun dari yang semula 13 tahun, pada akhir tahun 2024. Negara-negara lain, termasuk Denmark misalnya, mengubah kebijakan sekolah dan melarang tablet dan ponsel pintar hampir sepenuhnya di sekolah. Menurut Menteri Pendidikan Denmark, Mattias Tesfaye, pada tahun 2024, orang-orang terlalu naif dengan pendekatan digitalisasi.

Merasa depresi karena ponsel?

Penggunaan ponsel yang berlebihan kini dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan mental, seperti depresi, kecemasan, stres, gangguan tidur, dan perilaku adiktif. Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan awal tahun 2025 pada jurnal BMC Medicine, menunjukkan bahwa gejala depresi menurun 27 persen setelah tiga minggu mengurangi penggunaan ponsel pintar. Menurut OECD, kesehatan mental anak muda telah memburuk secara dramatis selama 15 tahun terakhir. Tren ini semakin meningkat akibat pandemi. Periode ini telah mencatatkan peningkatan besar penggunaan media. Namun, menurut OECD, penelitian belum dapat membuktikan hubungan sebab-akibat yang jelas antara perkembangan tersebut.

Para pendiri klub offline ingin mengambil tindakan sekarang dan memperluas pertemuan mereka. Pada sebuah pertemuan di London pada awal April, lebih dari 1.000 orang mematikan ponsel mereka dan tersenyum gembira pada kamera. Sebuah rekor baru, yang dengan bangga dikatakan para pendirinya - tentu saja di instagram.

Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Jerman

Diadaptasi oleh: Sorta Caroline

Editor: Yuniman Farid

(ita/ita)

Loading...

Hoegeng Awards 2025

Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial