Pekanbaru -
Polisi mengungkap kondisi bocah Sekolah Dasar (SD) di Indragiri Hulu (Inhu), Riau, sebelum meninggal dunia. Korban sempat mengeluh sakit di bagian perut dan dibawa oleh orang tuanya ke tukang urut.
"Dari keterangan orang tua korban sebelum meninggal dunia, korban sempat mengeluh sakit. Kemudian dilakukan tindakan, treatment oleh orang tua korban dibawa ke tukang urut," kata Direktur Reskrimum Polda Riau Kombes Asep Darmawan dalam keterangannya kepada wartawan, Rabu (4/6/2025).
Polisi telah memintai keterangan dari tukang urut tersebut. Ada dua orang tukang urut yang dimintai keterangan oleh polisi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita sudah ambil keterangan tukang urut dua orang, dua-duanya adalah perempuan," imbuhnya.
Setelah dibawa ke tukang urut, kondisi korban tidak membaik. Orang tua korban baru membawanya ke klinik.
"Kemudian setelah terjadi keluhan lagi dibawa lah ke rumah sakit. Itu yang dimaksudkan dokter 2, yaitu dokter yang menerima saat di klinik. Dilakukan dibawa menuju ke klinik pada saat sebelum meninggal dunia sehingga kita lakukan pemeriksaan, dokter yang menerima kondisi korban saat dibawa ke klinik," jelas Asep.
Sebelumnya, dokter forensik mengungkap penyebab kematian korban karena adanya infeksi yang meluas pada perut korban akibat usus buntu (appendix) yang pecah. Dokter forensik juga mengungkap adanya memar-memar pada daerah perut, paha, dan resapan darah pada jaringan lemak perut sebelah kiri korban akibat kekerasan tumpul.
Terkait apakah kekerasan tumpul ini terjadi sebelum atau setelah dugaan bullying, Kombes Asep tidak bisa memastikannya. Asep merujuk kesimpulan akhir dokter forensik bahwa penyebab kematian korban karena infeksi akibat kebocoran usus.
"Terkait apakah (kekerasan tumpul) terjadi sebelum dan sesudah, sementara dari hasil penyelidikan yang kita lakukan bahwa penyebab kematiannya usus buntu yang pecah tadi, yang sudah infeksi, sistemik, bocor," ungkapnya.
Asep mengatakan kondisi korban yang mengalami infeksi pada usus buntu ini tidak diketahui oleh orang tuanya. Sebab, selama ini korban belum pernah dibawa berobat ke rumah sakit.
"Nah, selama dalam perawatan orang tuanya, yang bersangkutan tidak pernah dibawa perawatan medis, sehingga tidak tahu bahwa korban mengalami infeksi usus buntu," tutur Asep.
Penyebab Kematian
Sebelumnya, pihak kedokteran forensik RS Bhayangkara Polda Riau AKBP Supriyono mengungkapkan hasil autopsi korban. Hasil autopsi menyatakan penyebab kematian korban karena adanya infeksi yang meluas akibat usus buntu pecah.
"Hasil yang didasari fakta-fakta pemeriksaan dan fakta penunjang dan pendukung lainnya. Bahwa pada pemeriksaan mayat berjenis kelamin laki-laki berusia sekitar 8 tahun, ras mongoloid, dengan panjang badan 136 cm, ditemukan memar-memar pada daerah perut, paha dan resapan darah pada jaringan lemak perut sebelah kiri yang diakibatkan oleh kekerasan tumpul," jelas AKBP Supriyono dalam konferensi pers di Mapolda Riau, Rabu (4/6).
Supriyono menyampaikan, hasil pemeriksaan juga menemukan beberapa kelainan. Di antaranya perforasi atau kebocoran pada daerah usus di daerah perut sebelah kanan.
"Kami menyimpulkan bahwa sebab mati pada mayat ini adalah akibat infeksi sistemik yang diakibatkan oleh infeksi yang luas dalam rongga perut dari pecahnya usus buntu atau appendix," imbuhnya.
Autopsi jenazah dilakukan pada Senin (26/5) sekitar pukul 17.00 WIB di RSUD Indrasari Rengat, dengan melibatkan dokter Forensik dari Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Riau (Unri).
(mei/dhn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini