Teheran -
Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, menyatakan keraguan atas perundingan nuklir yang berlangsung antara Iran dan Amerika Serikat (AS). Khamenei mengakui dirinya tidak yakin jika perundingan nuklir itu akan menghasilkan kesepakatan antara kedua pihak.
"Saya tidak berpikir bahwa perundingan nuklir dengan AS akan membuahkan hasil. Saya tidak tahu," kata Khamenei saat berpidato dalam acara mengenang mendiang Presiden Ebrahim Raisi, seperti dilansir Reuters, Selasa (20/5/2025).
Perundingan nuklir terbaru antara Iran dan AS digelar sejak April lalu, dengan setidaknya empat putaran telah digelar, namun sejauh ini belum mencapai kesepakatan apa pun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) Iran, Kazem Gharibabadi, seperti dikutip media lokal Nournews, mengatakan bahwa Teheran saat ini sedang meninjau proposal untuk menggelar putaran kelima perundingan nuklir dengan AS. Putaran terbaru diperkirakan akan digelar pekan ini di Eropa.
Pernyataan Khamenei tersebut disampaikan beberapa hari setelah Presiden AS Donald Trump, saat berkunjung ke kawasan Teluk pekan lalu, mengatakan bahwa kesepakatan dengan Iran sudah sangat dekat. Namun Trump juga menyerukan Teheran perlu bergerak cepat dalam perundingan.
Trump, selama masa jabatan pertamanya sebagai Presiden AS tahun 2017-2021 lalu, menarik AS dari kesepakatan nuklir Iran yang mengatur pembatasan ketat untuk aktivitas pengayaan uranium, dengan imbalan keringanan sanksi internasional untuk Teheran.
Pada saat itu, Trump yang menyebut kesepakatan nuklir Iran berat sebelah dan menguntungkan Teheran, juga memberlakukan kembali sanksi-sanksi AS secara luas terhadap Iran. Langkah Trump itu dibalas oleh Teheran dengan meningkatkan pengayaan uranium.
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
Sementara itu, situasi sempat memanas setelah Iran dan AS terlibat adu argumen soal pengayaan uranium pekan ini. Utusan khusus AS untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, menegaskan bahwa setiap kesepakatan baru antara AS dan Iran harus mencakup perjanjian agar Teheran tidak memperkaya uranium.
Aktivitas pengayaan uranium menjadi jalur yang memungkinkan untuk pengembangan bom nuklir. Iran telah berulang kali mengatakan bahwa program energi nuklirnya sepenuhnya bertujuan damai.
"Kami memiliki satu garis merah yang sangat, sangat jelas, dan itu adalah pengayaan (uranium). Kami tidak dapat mengizinkan bahkan satu persen kemampuan pengayaan," tegas Witkoff.
Komentar Witkoff itu menuai reaksi keras, dengan Menteri Luar Negeri (Menlu) Iran, Abbas Araghchi, menyebut penegasan AS itu "tidak realistis". Dia menyatakan Iran akan terus memperkaya uranium "dengan atau tanpa kesepakatan".
Wamenlu Iran, Majid Takhtravanchi, secara terang-terangan mengatakan bahwa perundingan nuklir antara Teheran dan Washington "tidak akan membuahkan hasil" jika AS bersikeras agar Iran menghentikan aktivitas pengayaan uraniumnya hingga nol.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini