Kecele Diskon Tarif Listrik

3 days ago 12

Jakarta -

Pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak serta-merta meninggalkan angka 5% meski pemerintah telah menggelontorkan lima paket stimulus ekonomi. Hal tersebut diungkapkan oleh Ekonom Senior INDEF, Tauhid Ahmad dalam wawancara bersama detikSore pada Selasa (3/6) lalu. Ia mengatakan jika ada satu faktor penting yang memicu pertumbuhan ekonomi enggan bergerak.

"Ini tidak serta-merta walaupun anggaran disiapkan, ekonomi akan kembali normal di atas 5%. Karena ada faktor global yang kelihatannya tidak mudah. karena prediksinya ekonomi dunia turun ini akan membuat perputaran dengan mitra dagang kita turun sehingga ekspor ke negara luar juga jadi terhambat," ungkap Tauhid.

Di sisi lain, Tauhid juga menyebut jika stimulus ekonomi juga perlu diperhitungkan besarannya. Menurutnya, besaran anggaran stimulus ekonomi jilid 2 ini harus besar agar memiliki daya dorong yang sebanding.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dalam kondisi ini, harusnya ada stimulus yang lebih besar. Nah dari 5 stimulus ini kita belum dapat jumlah anggarannya berapa. Kalau anggarannya kecil, ya dampaknya kecil. Kita berharap anggarannya besar, totally di atas 150 triliun, itu akan lumayan mendorong ekonomi," beber Tauhid.

Sayangnya sejumlah pihak menyebut jika stimulus ekonomi ini justru kurang tepat sasaran. Anggapan ini muncul tatkala Presiden Prabowo mencoret diskon tarif listrik periode Juni hingga Juli 2025. Disebutkan dalam detikFinance, alasan pembatalan diskon tarif listrik ini karena lambatnya proses penganggaran.

"Kita sudah rapat di antara para menteri, untuk pelaksanaan diskon listrik ternyata untuk proses penganggarannya jauh lebih lambat, sehingga kalau Juli Juni kita putuskan tak bisa dijalankan," sebut Sri Mulyani di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Senin (2/6/2025).

Lalu apa saja multiplier effect dari pembatalan ini? Tepatkah jika stimulus ekonomi tidak berefek besar karena batalnya diskon tarif listrik? Ikuti diskusinya dalam Editorial Review bersama Wakil Redaktur Pelaksana detikFinance.

Beralih ke Jawa Barat, detikSore akan mengulas situasi terkini di kawasan wisata Gunung Tangkuban Perahu. Seperti diketahui, gunung aktif tersebut tengah mengalami kenaikan aktivitas vulkanik.

Seperti diberitakan detikJabar, gunung wisata tersebut mengalami 270 gempa low frequency. Peningkatan aktivitas tersebut juga dilihat dari data deformasi atau penggembungan dari tubuh Gunung Tangkuban Parahu itu sendiri. Apakah hal ini mempengaruhi aktivitas ekonomi di kawasan tersebut? Ikuti laporan langsung Jurnalis detikJabar selengkapnya.

Jelang matahari terbenam nanti, detikSore akan kembali membahas strategi merdeka finansial dan pensiun dini atau yang lebih dikenal sebagai FIRE (Financial Independence Retire Early). Seperti namanya, kedua hal tersebut sudah menjadi cita-cita banyak pekerja muda saat ini. namun begitu, mimpi itu terasa menjauh bila melihat situasi seperti saat ini.

Pakemnya, seseorang yang mendambakan FIRE harus memupuk kekayaan serta investasi sebanyak banyaknya di usia muda. Harapannya, usai melewati masa kerja nanti, orang tersebut dapat hidup dari passive income. Lalu bagaimana caranya mengejar target tabungan serta investasi saat situasi ekonomi sedang tidak baik-baik saja? Ikuti ulasannya bersama Analis Sekuritas, Boy Simon dalam Sunsetalk.

Ikuti terus ulasan mendalam berita-berita hangat detikcom dalam sehari yang disiarkan secara langsung langsung (live streaming) pada Senin-Jumat, pukul 15.30-18.00 WIB, di 20.detik.com dan TikTok detikcom. Jangan ketinggalan untuk mengikuti analisis pergerakan pasar saham jelang penutupan IHSG di awal acara. Sampaikan komentar Anda melalui kolom live chat yang tersedia.


"Detik Sore, Nggak Cuma Hore-hore!"

(far/vys)

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial