Cerita Runtuhnya Surga Buku Kwitang, Saksi Bisu Pertemuan Cinta & Rangga

3 days ago 14

Jakarta -

Pusat buku legendaris di Kwitang dan Terminal Senen pernah jadi saksi kisah antara Cinta dan Rangga di film AADC. Dua dekade berlalu, surga buku legendaris itu tak lagi ramai. Kini yang tersisa hanya tumpukan buku dan pedagang menunggu pembeli.

Salah seorang penjual buku yang sudah berjualan di Kwitang sejak 1990, Subhil (55), bercerita kawasan sentra buku ini dahulu sangatlah ramai pengunjung, khususnya pada 1990-an hingga awal 2000-an. Sebab di kawasan ini banyak orang naik-turun berbagai kendaraan umum.

"Dulu kan ada beberapa faktor yang membuat kondisi itu ramai. Pertama, di sini kan tempat mangkal bus dulu kan. Ada PPD naik-turunnya penumpang di sini, terus Metromini, angkot itu kan," kata Subhil kepada detikcom, Rabu (4/6/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ini kan pusat keramaian gitu, tempat orang mau pulang kerja, mau berangkat kerja. Orang naik bisnya di sini mau ke Tanah Abang, mau ke Setiabudi. Terus sekarang kan nggak lagi," sambungnya.

Belum lagi pada tahun-tahun tersebut perkembangan teknologi informasi belum seberkembang sekarang. Di mana pada masa itu belum ada smartphone dan masih sangat terbatasnya akses internet, sehingga sumber-sumber informasi masyarakat saat itu masih berupa buku, koran, dan majalah.

Kondisi ini membuat kawasan ini menjadi sangat ramai dipenuhi pedagang buku dan majalah, bahkan sampai harus membuka lapak kaki lima. Tidak seperti sekarang yang sudah tertib dan sebagian besar lapak berada di dalam bangunan toko.

"Dulu ramai sekali, sampai kebanyakan itu kaki lima. Kaya saya itu dulu di samping tikungan sana (Jl. Kramat Kwitang dan Jl. Pasar Senen). Walaupun dalam tanda kutip masih kucing-kucingan gitu ya. Kalau sekarang kan nggak ada sama sekali. Hanya sekarang kan zamannya banyak hal-hal yang baru seperti HP, smartphone itu kan semuanya ada," paparnya.

Saking ramai dan terkenalnya, ia menyebut pada awal tahun 2000-an itu sentra buku Kwitang bahkan sempat menjadi salah satu lokasi syuting film ternama 'Ada Apa Dengan Cinta?' atau sering disingkat jadi AADC.

"Alhamdulillah dulu ramai, sempat terkenal karena jadi tempat buat film juga. Kemarin juga masih syuting film itu di sini yang 'Ada Apa Dengan Cinta?' yang baru kemarin ya, 'Rangga & Cinta'," ucapnya.

Sayang meski pamor Kwitang sebagai pusat jual-beli buku masih bertahan hingga dijadikan lokasi syuting Rangga & Cinta yang rilis pada Februari 2025 kemarin, namun saat ini kawasan itu sudah sangat sunyi sepi pembeli.

Sementara itu pedagang lain yang kini membuka lapak di Terminal Senen bernama Samosir (52) juga mengungkapkan hal serupa, di mana pada tahun 1990an hingga awal 2000an kawasan Kwitang hingga Pasar Senen sangat ramai pengunjung.

"Dulu pedagang buku banyak di Kwitang sama di sini, kan sebelah-sebelahan tuh. Soalnya kan dulu memang bus-bus itu banyak yang berhenti. Dulu kan mereka bisa berhenti di mana saja, kebanyakan ya di dekat persimpangan Kwitang itu atau yang di dekat pasar sini," terangnya.

Sayang masa kejayaan sentra buku di Jakarta Pusat ini sudah mulai pudar sejak teknologi informasi mulai berkembang. Terutama media online dan platform e-Commerce di Indonesia terus berkembang.

"Pokoknya mulai sepi tuh pas sudah online-online itu lah. Mau toko online atau orang sekarang cari apa juga sudah bisa lewat online kan. Dulu orang beli buku, beli koran, sekarang yang koran saja pindah ke online kan," terangnya.

Bahkan berdasarkan pengamatan detikcom di lokasi, hingga sekitar pukul 12.30 WIB, kawasan sentra buku legendaris di Kwitang dan Senen ini masih sangat sepi pengunjung. Sebab selama berada di lokasi, detikcom belum melihat ada pengunjung yang sekadar melintas atau melihat-lihat koleksi buku yang ada.

Alhasil kawasan ini terasa sangat sunyi dan tak ada percakapan sama sekali, bahkan antar pedagang. Semakin siang hanya semakin banyak suara mesin kendaraan melintas kedua kawasan lapak-lapak buku tersebut.

Pada akhirnya sebagian besar penjual buku bekas di kedua lokasi ini tampak hanya bisa terduduk melihat layar handphone-nya sembari menunggu pengunjung datang. Berada di tengah keramaian kota Jakarta yang terasa sepi dengan tumpukan buku.

Tonton juga Video: Kondisi Toko Buku Kwitang Hadapi Tantangan di Era Digital

(igo/fdl)

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial