Jakarta, CNN Indonesia --
Menko Kumham Imipas Yusril Ihza Mahendra menegaskan upaya penyelamatan dan evakuasi oleh tim SAR kepada warga Brasil Juliana Marins yang tewas di Gunung Rinjani telah dilakukan secara maksimal.
Hal itu disampaikan Yusril merespons pernyataan keluarga Juliana yang menilai tim SAR lalai dan meminta otoritas Brasil untuk melakukan autopsi ulang.
Yusril mengakui upaya evakuasi memang tidak secepat seperti yang diharapkan. Akan tetapi, ia menjelaskan hal itu karena helikopter tidak dapat digunakan di medan bertebing di tengah cuaca ekstrem, seperti yang diharapkan keluarga korban.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kondisi tebing dan hutan tropis di Rinjani berbeda dengan tebing salju di Himalaya. Satu-satunya cara ialah evakuasi vertikal secara manual yang dilakukan oleh SAR dan Tim Relawan," ujarnya dalam konferensi pers, Jumat (4/7).
Di sisi lain, Yusril mengatakan hasil autopsi dengan jelas menunjukkan bahwa Juliana meninggal antara 15-30 menit setelah terjatuh dari ketinggian 600 meter akibat kerusakan organ dan patah tulang.
Pasalnya, kata dia, sampai saat ini pihak keluarga Juliana masih mempertanyakan jarak waktu antara terjatuh dan kematian. Yusril menyebut keluarga Juliana berpikir ada keterlambatan datangnya pertolongan saat korban diduga masih hidup.
"Secara medis, secepat apapun pertolongan datang, upaya untuk menyelamatkan nyawa korban dalam insiden jatuh seperti itu hampir mustahil dapat dilakukan," tuturnya.
"Pemerintah RI mempersilakan dan menghormati keinginan autopsi ulang. Secara teoritis, jika metodologi autopsi dilakukan mengikuti standar forensik yang sama, hasilnya tidak akan jauh berbeda," imbuhnya.
Lebih lanjut, Yusril memastikan pemerintah akan bersikap terbuka untuk mengungkapkan semua fakta terkait insiden kematian Juliana. Ia menyebut saat ini kepolisian juga sedang melakukan penyelidikan untuk mengungkapkan apakah ada unsur kelalaian atau tidak.
Penyelidikan ini, kata dia, juga bertujuan untuk menentukan apakah proses pencarian, pertolongan, dan evakuasi telah dilakukan sesuai protokol tetap (protap) yang benar di tengah medan yang sulit dan cuaca ekstrem.
"Pemerintah terbuka jika sekiranya Pemerintah Brasil ingin melakukan investigasi bersama atau joint investigation atas insiden kematian Juliana Marins ini agar hasilnya dapat diungkapkan secara terbuka baik kepada masyarakat Indonesia maupun masyarakat Brasil," pungkasnya.
Sebelumnya keluarga Marins mengatakan tim penyelamat Indonesia lalai dalam menyelamatkan Marins. Mereka menegaskan akan mencari keadilan.
"Juliana menerima kelalaian serius dari tim penyelamat. Jika mereka tiba tepat waktu, Juliana mungkin bisa selamat. Juliana layak menerima lebih! Sekarang kita akan berjuang untuk keadilan dia. Jangan lupakan Juliana," demikian menurut keluarga.
(tfq/dal)