Jakarta, CNN Indonesia --
Pengajar Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia (UI) dari Departemen Telinga, Hidung, Tenggorok, Bedah Kepala Leher (THT-KL), Dr. Fikri Mirza Putranto mengatakan tuli akibat bising kini menjadi ancaman baru di era modern.
Dia mengatakan kebisingan itu bukan hanya jadi ancaman pekerja pabrik, tetapi warga biasa karena bising itu ada di setiap lini kehidupan masyarakat. Apalagi, sambungnya, saat ini pun terjadi tren warga yang tak lepas menggunakan penyuara telinga (headset) dalam setiap kegiatan sehari-harinya.
"Kita justru menikmati bising setiap hari, seperti konser, tempat musik, atau tempat bermain yang memiliki pengeras suara bervolume tinggi," ujar Fikri Mirza, Sabtu (12/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengatakan Orang yang mengalami cedera bising memiliki gejala awal telinga berdenging dan terasa tertutup seperti kemeng. Gejala ini sering kali dianggap sepele karena dapat hilang dalam waktu 24 jam.
Namun, justru karena sering diabaikan dan berulang, lama-kelamaan bisa menimbulkan gangguan permanen.
Selain menimbulkan gangguan telinga, cedera bising kronik juga dapat berdampak besar terhadap kualitas hidup, mulai dari kesulitan berkomunikasi di lingkungan ramai, gangguan konsentrasi, hingga gangguan sosial dan percepatan penuaan pada jalur pendengaran.
Menurut Fikri, Personal Listening Device (PLD) yang beredar saat ini memiliki banyak jenis seperti earbuds, headphone over-ear (dengan atau tanpa noise cancelling), hingga bone conduction headset.
Tips aman pakai headset sehari-hari sebagai pedoman aman, Fikri menganjurkan penggunaan PLD dengan volume maksimal 60 persen selama tidak lebih dari 60 menit per hari.
Selain itu, penting untuk beristirahat setiap satu jam selama 5 menit, menjaga kebersihan earbuds, serta memanfaatkan fitur volume warning yang kini tersedia pada banyak gawai.
"Batasi volume di bawah 80 desibel," ujarnya.
Ia juga menyarankan kepada pengguna PLD agar memeriksakan diri ke dokter spesialis THT-KL jika mengalami dua dari tiga kondisi yakni penggunaan lebih dari 4 jam per hari, volume di atas 80 persen atau munculnya nyeri atau berdenging setelah pemakaian.
Tata laksana penanganan gangguan pendengaran akibat bising sesuai tingkat keparahannya.
Untuk kasus cedera yang bersifat akut, seperti telinga berdenging khususnya jika terjadi dalam kurun waktu kurang dari 12 minggu, pengobatan medis masih memungkinkan.
Sementara, untuk kondisi kronis tanpa gangguan psikologis, terapi transcranial magnetic stimulation yang melibatkan dokter neurologi bisa menjadi pilihan.
"Kalau sudah menetap dan disertai keluhan psikologis seperti stres atau depresi, maka penanganan harus melibatkan psikolog atau psikiater untuk mendampingi proses pemulihan," kata dia.
(kid/kid)